Pesona cerah di pagi itu masih tersisa saat aku ditetapkan menjadi pemenang Kompetisi Nasional Water Roket di Fakultas teknik Universitas Indonesia dan berhak mewakili Indonesia dalam ajang kompetisi Aquatic International Water Rocket di Stockholm, Swedia. Perasaan senang penuh haru, aku segera menghubungi ayah dan ibu yang berada di stockholm bahwa aku memenangkan kompetisi dan akan berkunjung ke Swedia untuk mengikuti kompetisi tersebut.
Sewaktu memenangkan kompetisi tersebut, aku baru duduk di bangku sekolah menengah pertama dan menjadi dilemma yng sungguh berat saat harus menjalani pembinaan setiap hari. Berawal dari hobiku yang suka mengkoleksi Mobil Tamiya dan sering mengikuti balapan Tamiya tingkat nasional, guruku melihat bakat yang tersembunyi dalam diriku dan menyarankan agar mengikuti sebuah kompetisi roket nasional. Sejak kecil aku sangat menyukai mobil Tamiya berbahan bakar dinamo dan batu baterai dengan melakukan modifikasi kecepatan dan bentuknya. Senang sekali ketika ayah pertama kali membelikan mobil baru Tamiya saat masih duduk di kelas 3 sekolah dasar. Hampir setiap bulan ayah selalu membelikan Tamiya baru untukku dikarenakan Tamiya yang sering aku pakai balapan selalu rusak. Setiap kali ada Tamiya keluaran terbaru yang lebih cepat dan model bagus, aku juga selalu minta dibelikan oleh ayah. Aku tidak mau dibelikan mobil Tamiya dengan mobil bekas maupun mobil murah.
Begitu aku menginjakkan kaki di Bandara Arlanda, Stockholm, Ayah dan Ibu sudah berada di exit gate. Saat ini Bandara Arlanda merupakan banda terbaik di Swedia. Setahun berlalu begitu cepat, tak mengira aku bisa bertemu Ayah yang sedang menempuh studi master biokimia di Universitas Stockholm. Kemudian kami pulang ke apartemen ayah di Tallkrogen. Kota ini indah sekali dengan banyaknya kompleks apartemen di sepajang perjalanan menuju apartemen ayah.
Hari kedua, dengan semangat aku mengiyakan ajakan ayah untuk mengunjungi pesona Kanal Stockholm. Bus yang kami tumpangi membelah indahnya kota Stockholm. Aku terkagum kagum dengan bangunan khas eropa yang belum pernah aku membayangkan bisa mengunjunginya seperti sekarang.
Akhirnya kita sampai di kanal Stockholm dan menaiki perahu kecil yang akan membelah kanal stockholm. Sunguh indah pemandangan kota stockholm dari atas perahu yang berada di tengah-tengah kanal. Banyak turis yang sedang menikmati pemandangan dan melihat ke arah kami dengan sapaan lambaian tangan. Stockholm tidak hanya indah dan kental dengan nuasa Eropa abad pertengahan, penduduk dan turis yang datang pun menyambut baik keramah tamahan yang disuguhkan kota ini.
Tentu aku tidak ingin melewatkan momen indah dan istimewa ini, lantas aku mengabadikan momen ini dengan mengeluarkan kamera milik ayah dari tas ranselku. Banyak gambar yang sudah aku potret sepanjang perjalanan di atas perahu ini. Ada beberapa touris yang melambaikan tangan dari seberang perahu dan aku katakan “Smile!!!! “ kemudian aku potret. Mereka membalas dengan senyum simpul dan merespon tingkahku yang ingin memotret.
Selama perjalanan ayah berbincang-bincang dengan pemandu perahu,
He is Hugo, kata ayah padaku.
Nice to meet you Hugo, kata ku pada Hugo dalam bahasa inggris karena aku belum bisa berbahasa Swedish.
“Hii… Nice to meet you too, Do you want to take picture with your parent?” kata Hugo, beruntungnya Hugo paham dengan bahasa Inggris.
“Yes, Please, sure (ku berikan kamera).” Jawabku dengan riang.
Bagaimana kalau kalian berfoto dengan latar belakang kota ini, ucap hugo dengan bahasa Swedish pada Ayah.
Kami mengangguk dan segera berpose, tiba-tiba, saat sedang memegang pundakku, tangan kiri Ayah memengangi kepalanya.
“Ayah, Ayah kenapa? ujarku.
Kulihat raut muka Ibu mulai sayu dan khawatir, “Ibuuu…, Bagaimana dengan Ayah? “, kataku sambil ingin menangis.
“Ayahh…, kupegang keningnya yang mulai berkeringat dingin.
Hugo mendekati kami dan ia berkata dalam bahasa Swedia cepat sekali, untunglah Ibu sedikit paham apa yang diucapkannya.
Lalu satu kata terakhir yang aku dan Ibu tangkap, “attacken av stroke”, segera Hugo menyalakan mesin perahu dan tiba-tiba Ayah pingsan.
Keadaan tiba-tiba berubah mencekam dan perahu terus melaju menuju dermaga, di dermaga langsung datang mobil bertuliskan ambulans bil, sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, ibu hanya mengelus rambutku tanpa mengatakan sepatah kata pun padaku sambil sesekali menyeka air matanya.
Selama hampir satu jam ayah pingsan, lalu kami mendengarkan penjelasan dokter bahwa Ayah divonis gejala stroke ringan (Iskemia). Gejalanya memang belum serius namun bisa menjadi stroke berat (hemoragik) yang menyebabkan kelumpuhan dan kematian. Ibu segera memelukku setelah mendengar penjelasan dokter.
Mendengar penjelasan dokter aku langsung bersyukur, Ayah masih hidup. Aku bersyukur saat itu ada paman Hugo yang begitu sigap segera membawa kami ke dermaga. Waktu sudah menjelang sore, lalu kami kembali ke apartemen dimana Pak Adip, guru pembimbingku sudah menunggu penuh cemas karena kami belum pulang seharian dan hari sudah menjelang malam.
Pada hari ketiga, kompetisi dimulai, hari pertama hanya berisi penjelasan tema yang akan dibuat. Ada dua opsi perlombaan terkait sub tema yang akan diambil yakni, Mobil dan Pesawat udara. Karena aku sudah terlanjur mencintai Tamiya, maka aku memilih opsi Mobil. Sesuatu yang akan dikompetisikan harus benar-benar baru dan kami diberikan waktu seminggu untuk membuat mini roket aquajet berbahan dasar limbah yang tidak dapat di daur ulang namun tidak diizinkan menggunakan besi dan aluminium misalnya saja botol bekas dan fiber.
Aquajet merupakan salah satu jenis roket yang menggunakan air sebagai bahan bakarnya. Mesin roket biasanya terbuat dari botol plastik bekas minuman ringan sebagai daya tekannya dimana air dipaksa keluar oleh udara yang bertekanan (kompresi). Roket tanpa mesin berbahan dasar botol bekas dapat terbang dengan bantuan glider layar. Kompetisi Aquajet (Roket Air) Piala Oscar Swigelhoffer pertama kali diadakan di Largs, Skotlandia. Persaingan tim melibatkan jarak terbang roket air di bawah tekanan yang disepakati dan sudut terbang. Setiap tim terdiri dari enam roket yang diterbangkan dalam dua penerbangan. Jarak yang lebih jauh atas dua penerbangan dikumpulkan dan akan menjadi pemenang dalam kompetisi ini.
Selama tiga hari ayah melakukan riset dengan temannya di universitas Gottingen, kota. Pagi sebelum aku berangkat untuk mempresentasikan mobil roket karyaku, Ayah menelepon dan sedang menaiki tram menuju rumah. Kita akan bertemu setelah presentasiku selesai. Ketika ayah sampai dirumah aku sudah berangkat dan hanya bisa berpamitan pada ayah lewat telepon saja. tapi aku sudah bersyukur bisa berpamitan pada Ayah.
Akhirnya presentasiku selesai dan tinggal menunggu pengumuman nanti sore pukul 4 waktu swedia. Hasilnya benar-benar tidak bisa ditebak, karya teman-teman dari 70 negara yang mengikuti kompetisi ini benar-benar mengagumkan. Sejenak aku duduk di bangku taman yang berada di universitas Stockholm. Tiba-tiba handphone pak Adip berdenging dan itu adalah telefon dari Ibu. Senang kiranya Ibu langsung mengubungiku begitu aku selesai kompetisi ini.
Tiba-tiba terdengar suara parau penuh isak dan tangis Ibu.
“Ibu Kenapa ? “ tanyaku penuh heran.
“Nak, Ajie sudah selesai mengikuti kompetisinya ? kata Ibu dengan lembut sambil menangis.
“sudah bu, tinggal menunggu pengumuman saja sebentar lagi, Kenapa Ibu menangis?” kataku lirih.
“…..Nak, ayahmu sekarang koma di rumah sakit. “ tangis Ibu semakin menjadi
Tetesan air mata membasahi pipiku, “Ayah, bagaimana sekarang keadaannya ? “ kataku dalam hati.
Telefon harus segera diakhiri tanpa aku tahu alsan dan bagaimana keadaan Ayah sekarang.
Terdengar announcer mengumumkan bahwa pengumuman dan penutupan kompetisi akan segera dilaksanakan di Science Faculty Auditorium.
Saat memasuki ruangan pikiranku menjadi kacau dan tak karuan, Pak Adip mencoba menenangkanku dan memberi arahan untuk tetap fokus pada pengumumannya.
“….And the winner of this Aquatic International Competition in Sweden 2015 is Indonesia. Congratulation!!!! Please, Mr. Ajie Setiyanto come on to the apron stage to give speech for all of audience in this room. Give merry applause” said announcer
Seketika suasana tangis dan haru memenuhi dadaku, lantas aku maju dan memberikan pidato pertama ku.
“Hari ini adalah hari yang istimewa bagiku, namun hari ini juga hari yang sangat sedih bagiku. Ayahku baru saja koma karena kecelakaan. Mobil roket yang aku buat adalah untuk ayah dan Ibuku. Mereka telah menyemangatiku setiap hari selama aku di Swedia …… Pak guru, terima kasih atas support dan bimbingannya selama ini. Terima kasih Tuhan atas anugerahmu hari ini dan sukses untuk Aquatic Rocket International in the next year!
Sejak saat itu Ajie telah mendapatkan beasiswa dari universitas terkemuka di dunia dari program bachelor hinga doktor. Ia bertekad untuk membuat mobil baru dengan berkekuatan roket yang ia desain dalam kompetisi ini. Itulah impian Ajie, mobil impian yang akan ia buat dan persembahkan untuk kedua orang tuanya yang terinspirasi ketika Ayahnya mendapatkan stroke ringan di Kanal Stokholm.
Semangat kedua orang tuanya yang mengalir dalam dirinya dan kenangan yang membekas di Swedia akhirnya terbayar sudah. Harga mobil roket ini menjadi hak universitas Stockholm. Berawal dari impiannya ingin menolong ayahnya ketika terkena stroke di kanal Stockholm, kini Ajie menemukan mobil impiannya, sebuah Mobil Ambulans berkekuatan Jet yang bisa melaju di dalam Air. Sungguh hal konyol di mata orang lain, namun tidak bagi Ajie, anak remaja yang kini mulai tumbuh dengan mobil impiannya.
Ditulis untuk mengikuti kompetisi Rajamobil.com
Banner Lomba
24 Jun 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar