21 Mar 2013

My First Tahsin



Kesungguhan itu sebuah "Nawaitu Hati" 


   Aku adalah insan yang asih banyak kekurangan. Kelebihanku dilengkapi kekuranganku, salah satu kekurnganku dalah awam mengenai seluk beluk agama yang ku anut yakni Islam. Aku yang basicnya berasal dari sekolah negeri yang tidak tahu menahu sama sekali mengenai Tahfidz, Tafsir, Tahsin, Fiqih, dsb. Semua begitu asing ketika aku memutuskan untuk hidup Berasrama. Rutinitas yang aku jalani setiap hari kamis adalah mengikuti Ibu-ibu di dekat asramaku Pengajian Tahsin (membaguskan Bacaan ayat-ayat suci Al Qur'an).   
   Setiap kali aku mendengar huruf hijaiyah yang terucap dari bibir berlekuk-lekuk salah satu ibu-ibu pengajian di asramaku, hatiku teriris dan merinding. Masih saja ada Ibu-ibu yang masih mau belajar mengaji mulai dari awal. Semangat dan motiasi mereka untuk belajar sangatlah aku kagumi. Walaupun sudah menginjak kepala lima mereka tetap Try and error demi memfasihkan pelajaran mereka. Seminggu sekali rutinitas itu berlangsung dan tiada putus semangat menjalaninya.  
Sedikit cerita  : aku juga baru sedang belajar, ilmuku belumlah dapat nyamai Ustadzah-ustadzah, maklumlah masih amatiran. namun aku tetap salut dengan mereka, walaupun sudah terlambat mereka ttap mau belajar. Gak tanggung-tanggung malu pun mereka kalahkan. Hujan pun tak mereka hiraukan. Ya, Sehabis Ash'r Kegiatan itu dimulai. 
   Secara berurutan mereka berdatangan, membawa sebuah mushaf yang ditenteng didekapan dada. Sungguh indah karuniamu atas dien ini, yang telah menjadikan jiwa-jiwa meniti di jalanmu. Dengan tertatih-tatih mereka berjalan menyusuri jalan menuju tempat Tholabul 'ilmi.  Dalam fikiran mereka bayangan indahnya surga terbentang luas. Surga yang secara kasat mata tidak terlihat, namun hati mereka meyakini hal tersebut. Jiwa mereka seolah-olah sudah terpatri dengan garis dinul islam ini. 
   Jihat mereka adalah berjalan mencari ilmu, meskipun raga mereka tak seperti dahulu. Namun penyesalan tiada berguna lagi, dalam hati mereka menyesali : mengapa tak kumanfaatkan waktu mudaku dahulu untuk mempelajari agama ini ?  mereka hanya terpaku pada lembaran mushaf, tanpa disadari butiran air mata melayah di atas ayat-ayat allah , Tak kuasa tangis ini menahannya, begitu mulianya agama ini kujalani. Hasratku dan jiwaku yang berada di tangannya, tiada hal di dunia ini yang lepas dari kekuasaannya. 

       "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan allah, mereka itu mengharapkan rahmat allah, Sedangkan allah maha pengampun lagi maha penyayang". (QS. Al-Baqarah [2] : 218)

Orang-orang yang beriman dan berusaha memahami dan mau belajar adalah orang yang mendapatkan Hidayah dari alah swt. Ampunan allah selalu terbuka bagi hambanya yang mau bertobat. Pintu-pintu surga terbuka bagi hambanya yang mau mendekat kepada-Nya. 
Dapat aku simpulkan bahwa dalam kita hidup di dunia ini, "Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali". Lebih baik Belajar daripada tidak mengerti sama sekali ". 
Terkadang aku heran melihat orang-orang Indonesia. Mereka mengaku Islam akan tetapi tingkah lakunya terkadang belum seperti orang islam Sebenarnya. (Yach, walaupun aku juga belum paham betul, but gag apalah , in kan blog ku, so fine" adja kan )      upss :)
   Sekian , Terima Kasih. 


0 comments:

Posting Komentar