Kapitalisasi merupakan kegiatan deffering cost dan memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi yang diwujudkan dalam bentuk asset. Sedangkan expense merupakan alokasi dari cost. Saat proses kapitalisasi asset penilaian berbaasis historical value karena menganut prinsip going concern dan conservatism. Prinsip going concern berupa asset yang memiliki nilai manfaat di masa yang akan datang dan prinsip conservatism (hati-hati) berupa cadangan akumulasi depresiasi yang mengurangi nilai asset secara tidak langsung. Kondisi yang mensyaratkan adanya kapitalisasi yaitu
a) Terjadi pada masa lampau
b) dapat diidentifikasi hasilnya dan memiliki manfaat di masa mendatang
c) pemilik dapat mengontrol probable future benefitnya
d) Cost transaksi dapat diukur secara reliable
e) cost dapat meningkatkan future benefit Perusahaan yang akan meningkatkan kegiatan produksinya biasanya akan membeli asset berupa mesin produksi.
Pada saat membeli mesin baru maka seorang manajer akan menentukan cost allocation method berupa depresiasi. Mesin akan di masukkan ke dalam akun asset dinamakan kapitalisasi sedangkan depresiasi merupakan alokasi dari cost mesin yang dikategorikan ke dalam expense. Pada saat penentuan cost alokasi dari asset maka ada 2 opsi akan di deffering cost pada setiap periode (kapitalisasi) atau dihabiskan pada satu periode akuntansi (expense).
Effek kapitalisasi pada net Income yakni menunjukkan grapik smooth income dengan biaya yang lebih rendah salah satunya ada deffering cost berupa depresiasi sedangkan dengan metode akuntansi expense maka grafik Income statement nya menunjukkan volatile dikarenakan semua expense depresiasi dihabiskan di tahun pertama dan di tahun kedua tidak ada expense sehingga terjadi penurunan yang signifikan pada net Income. Pada kapitalisasi ROI lebih smooth dan Expense lebih volatile. Rumus ROI = Net Income/HPP, saat net income tinggi dan stabil maka ROI juga akan smooth dan saat Net income rendah dan tidak stabil maka ROI juga akan lebih volatile. Saat Income stable terjadi pada metode akuntansi kapitalisasi sedangkan ROI over-volatile dengan menerapkan metode expense.
Apabila biaya expense tinggi maka akan terjadi overstatement cash outflow dan understatement investing outflow. Sedangkan saat kapitaliasi diberlakukan maka understatement pada operating cash outflow dan overstatement pada investing cash outflow. Solvency ratio pada expense lebih rendah karena jumlah asset lebih rendah daripada saat menggunakan kapitalisasi. Maka seorang manajer akan lebih menerapkan metode akuntansi dengan kapitalisasi daripada dengan expense. I like this part of this materials, so gambling and fascinate to ones. I hope have opportunity to remind this materials later.
a) Terjadi pada masa lampau
b) dapat diidentifikasi hasilnya dan memiliki manfaat di masa mendatang
c) pemilik dapat mengontrol probable future benefitnya
d) Cost transaksi dapat diukur secara reliable
e) cost dapat meningkatkan future benefit Perusahaan yang akan meningkatkan kegiatan produksinya biasanya akan membeli asset berupa mesin produksi.
Pada saat membeli mesin baru maka seorang manajer akan menentukan cost allocation method berupa depresiasi. Mesin akan di masukkan ke dalam akun asset dinamakan kapitalisasi sedangkan depresiasi merupakan alokasi dari cost mesin yang dikategorikan ke dalam expense. Pada saat penentuan cost alokasi dari asset maka ada 2 opsi akan di deffering cost pada setiap periode (kapitalisasi) atau dihabiskan pada satu periode akuntansi (expense).
Effek kapitalisasi pada net Income yakni menunjukkan grapik smooth income dengan biaya yang lebih rendah salah satunya ada deffering cost berupa depresiasi sedangkan dengan metode akuntansi expense maka grafik Income statement nya menunjukkan volatile dikarenakan semua expense depresiasi dihabiskan di tahun pertama dan di tahun kedua tidak ada expense sehingga terjadi penurunan yang signifikan pada net Income. Pada kapitalisasi ROI lebih smooth dan Expense lebih volatile. Rumus ROI = Net Income/HPP, saat net income tinggi dan stabil maka ROI juga akan smooth dan saat Net income rendah dan tidak stabil maka ROI juga akan lebih volatile. Saat Income stable terjadi pada metode akuntansi kapitalisasi sedangkan ROI over-volatile dengan menerapkan metode expense.
Apabila biaya expense tinggi maka akan terjadi overstatement cash outflow dan understatement investing outflow. Sedangkan saat kapitaliasi diberlakukan maka understatement pada operating cash outflow dan overstatement pada investing cash outflow. Solvency ratio pada expense lebih rendah karena jumlah asset lebih rendah daripada saat menggunakan kapitalisasi. Maka seorang manajer akan lebih menerapkan metode akuntansi dengan kapitalisasi daripada dengan expense. I like this part of this materials, so gambling and fascinate to ones. I hope have opportunity to remind this materials later.
0 comments:
Posting Komentar