23 Jan 2016

Tekanan Budaya Kompetitif Dalam Era Globalisasi


Globalisasi merupakan salah satu era kebangkitan masyarakat di seluruh dunia. Fenomena ini menjadi gejala yang umum hingga menimbulkan beragam perspektif. Masyarakat menilai bahwa era globalisasi saat ini sebenarnya sudah terjadi sejak berabad-abad lalu yang apabila ditelusuri berkaitan dengan perdagangan internasional yang melibatkan negara-negara Cina, India, Gujarat, Persia, dan negara-negara Eropa. Revolusi Industri di Inggris pada abad ke-16 membawa dampak perubahan yang signifikan dalam era modernisasi negara-negara Eropa.
Semakin berkembangnya kebutuhan industri dan perdagangan internasional maka juga akan memunculkan perusahaan multinasional di seluruh dunia (Winarningsih, 2006) Dalam perspektif global masing-masing warga negara berpendapat mengenai menjadi bagian warga dunia dan bersamaan dengan hal tersebut warga negara tersebut memiliki perspektif bahwa negaranya memiliki keunggulan komparatif (chauvinisme) dibandingkan dengan negara-negara lain. Akibatnya globalisasi berpengaruh dalam berbagai aspek seperti budaya, ekonomi, politik, sosial, informasi, dan komunikasi.
 Hal yang perlu diperhatikan yakni ketika batas-batas globalisasi melampaui aspek-aspek tersebut dan keterkaitan antara hubungan suatu negara dengan dunia Internasional semakin erat. Salah satu aspek fundamental suatu bangsa yang perlu diperhatikan yakni perekonomian. Globalisasi perekonomian dapat membawa perekonomian nasional menjadi bagian dari perekonomian internasional secara kompetitif atau masuknya peluang produk global dalam perekonomian domestik. Kondisi ini dapat memunculkan keadaan pasar domestik menjadi lebih stabil atau justru sebaliknya tidak dapat menghadapi persaingan ekonomi global. Indeks daya saing Indonesia menurut World Economic Forum (WEF) 2014-2015 berada di urutan ke-34 sedangkan berdasarkan Human Capital Report Indonesia berada di urutan ke-69. Indonesia terus bersiap dengan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang akan diberlakukan akhir tahun 2015.
Perdagangan bebas di kawasan ASEAN ditandai dengan arus bebas berupa barang, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal yang lebih dinamis dan kompetitif. Ekonomi globalisasi dapat mengurangi dan meningkatkan produktivitas suatu negara. Kegiatan ekspor dan impor dapat dilakukan ketika suatu negara mengalami krisis bahan baku atau tenaga kerja. Globalisasi telah mendorong kegiatan investasi dan inovasi dimana situasi tersebut dapat memperluas pangsa pasar produsen (Tisdell dan Seidl, 2002: 130-132). Perdagangan global mencakup persaingan dalam berbagai aspek seperti integrasi regional, produktivitas produk, trends pangsa pasar, dan permintaan industri lokal (O’Loughlin dan Anselin, 1996:158). Persaingan dalam hal ini pada competitiveness tidak dapat diukur atau dinilai berdasarkan kinerja maupun proses daya saing yang telah terjadi (Tambunan, 2012; Muhammad, 1997). Misalnya: Ekspor kopi robusta Indonesia jauh lebih banyak daripada ekspor kopi robusta Ethiopia, namun dalam segi kualitas kopi Ethiopia jauh lebih baik kualitasnya daripada kopi robusta Indonesia. Kopi robusta Ethiopia telah menjadi kopi terbaik di dunia menurut The Sustainable Trade Initiative dari Belanda. Hal ini mengindikasikan bahwa daya saing tidak hanya diukur dalam hal kuantitas saja namun kualitas dalam hal ini juga harus diperhatikan. Selama ini Indonesia memang unggul dalam hal kuantitas namun jika dinilai ari segi kualitas, Indonesia masih harus banyak berbenah diri.

PEMBAHASAN 

Persaingan global merupakan sebuah perjanjian yang tidak dapat dihindari di kemudian hari. Beberapa hal mengindikasikan bahwa globalisasi ekonomi merupakan ekspansi negara-negara maju dalam memperluas ekonomi negaranya namun ada juga sisi positif dan tantangan sebuah negara untuk menghadapi globalisasi ekonomi tersebut. Menurut Global competitive Indeks (GCI) ada 12 faktor yang mempengaruh perdagangan global yaitu:

 Faktor-faktor yang mempengaruhi World trade
a. Pemerintah
b. Infrastuktur
c. Ekonomi makro
d. Kesehatan dan pendidikan dasar
e. Pendidikan tinggi dan kualitas sumbe daya manusia
f. Efisiensi barang dagangan
g. Efisiensi tenaga kerja
h. Sistem moneter
i. Kesiapan teknologi
j. Pangsa pasar
k. Pengembangan bisnis
l. Inovasi Selain produksi dan ekspor,

Persaingan multidimensi terjadi dalam beberapa sektor dan aspek. Dengan adanya era globalisasi, dimana mayoritas masyarakat Indonesia tengah tinggal di daerah pedesaan. Tendensi masyarakat pedesaan masih sulit menerima perubahan dan dinamika perekonomian global. Masyarakat masih mengutamakan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama sehari-hari. Perkembangan masyarakat bercorak agraris menuju masyarakat modern dapat dikatakan sebagai proses modernisasi namun hal ini belum dapat diaplikasikan sepenuhnya. Globalisasi dapat terwujud jika ada keterbukaan dari masyarakat.
Waluya (2007: 05) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang cukup berperan dalam perubahan masyarakat:
 a.Adanya sikap terbuka dari masyarakat terhadap hal-hal baru. Misalnya, masyarakat mengadakan kebiasaan terhadap kebudayaan lain (orang Indonesia mulai banyak yang menjadikan makan pizza sebagai sebuah kebiasaan setiap minggu).
 b.Unsur kebudayaan baru tidak bertentangan dengan ajaran agama yang dianut. Misalnya, percampuran dua kebudayaan Hindu dan Arab yang terjadi di Indonesia pada masa silam.
 c.Corak struktur sosial masyarakat menentukan proses penerimaan unsur kebudayaan baru. Struktur sosial yang tertutup akan sulit menerima kebudayaan baru. Misalnya, orang bali harus menikah dengan orang bali, jika ia menikah dengan selain orang bali, maka ia tidak termasuk bagian dari masyarakat bali lagi.
 d.Unsur kebudayaan baru dapat diterima oleh sutu masyarakt apabila telah ada dasar unsur-unsur kebudayaan sebelumnya. 
e.Unsur baru dapat diterima oleh masyarakat apabila ada manfaatnya. Perkembangan budaya dan pengaruhnya mulai melekat dalam masyarakat melalui berbagai media dan edukasi. Upaya peningkatan kesejahteraan diikuiti munculnya berbagai aktivitas dan komunitas baik secara individual maupun team yang memunginkan adanya perubahan kompetisi atau perlunya budaya kompetitif oleh masyarakat (Estiningtyastuti, 2014: 111).
Menurut Soesastro (2004), sumber daya manusia merupakan salah satu faktor keunggulan komparatif. Namun keunggulan ini belum dapat dimaksimalkan dikarenakan berbagai faktor seperti masih rendahnya pendidikan, pendapatan, dan daya saing masyarakat Indonesia di tengah arus daya saing globalisasi. Masing-masing individu dituntut memiliki spesialis dan daya saing global dalam kehidupannya sehingga stabilitas belum terwujudnya yang dipengaruhi oleh struktur dan nilai-nilai adat yang maih berlaku dalam masyarakat. Ada beberapa perspektif bahwa para produsen dan karyawan harus selalu dipaksakan untuk menghadapi persaingan global. Adanya pasar terbuka membuat industri domestik semakin bersemangat dan meningkatkan daya saing produk mereka secara efisien, efektif, dan ekonomis (value for money).
Pasar tersebut yang kini sedang digalakkan oleh pemerintah berdasarkan kepercayaan positif bahwa persaingan global akan menciptakan dinamika yang lebih baik. Diharapkan upaya menghadapi globalisasi dan trade agreement yang telah disetujui dapat membawa Indonesia menuju proses masyarakat madani, namun semua itu tidak dapat terlepas peran dan perilaku masyarakat dan lembaga pemerintah yang bersangkutan. 

Referensi 
Estiningtyastuti. (2014). Perekonmian Indonesia. STIE Swastamandiri Surakarta. 
Indrajit, R. E. (2002). Evolusi Perkembangan Teknologi Informasi. Renaissance Research Centre. O'Loughlin, J., & Anselin, L. (1996). Geo-economic competition and trade bloc formation: United States, German, and Japanese exports, 1968-1992.Economic Geography, 131-160. 
Sala-i-Martin, X., Blanke, J., Hanouz, M. D., Geiger, T., & Mia, I. (2010). The Global Competitiveness Index 2010–2011: Looking beyond the global economic crisis. The global competitiveness report, 2011, 14-80. 
Soesastro, H. (2004). Kebijakan Persaingan, Daya Saing, Liberalisasi, Globalisasi, Regionalisasi dan Semua Itu. Economics. 
Svizzero, S., & Tisdell, C. (2002). Reconciling globalisation and technological change: growing income inequalities and remedial policies. Intereconomics,37(3), 162-171. 
Syaifuddin, M. (2011). Perspektif Global Penyelesaian Sengketa Investasi di Indonesia. de Jure, 3(1). Tambunan, Tulus T.H. (2012). Perekonomian Indonesia: Kajian Teoritis dan Analisis Empiris. Bogor: Ghalia Indonesia. 
Tisdell, C., & Seidl, I. (2004). Niches and economic competition: implications for economic efficiency, growth and diversity. Structural change and economic dynamics, 15(2), 119-135. 
Waluya, B. (2007). Sosiologi: menyelami fenomena sosial di masyarakat. PT Grafindo Media Pratama. Zairi, M. (1997). Business process management: a boundaryless approach to modern competitiveness. Business Process Management Journal, 3(1), 64-80.

0 comments:

Posting Komentar